Sudah satu minggu ini
Fransiska tenggelam dalam schedule yang disodorkan tim kreatif ‘Gajah Mada TV’,
yang bakal menggelar kolaborasi diva remaja multitalen dengan Mr Chandra
Orchestra, untuk menggerlapkan ultah stasiun TV tersebut. Fransiska kini hadir
di tengah beberapa diva remaja yang mulai hadir di tengah publik, musisi dan
vokalis lainnya, maka dia kini hanya mampu memberikan waktu luangnya untuk
sokib-sokibnya hanya di kampus sekolah mereka, meskipun dia kangen dengan seloroh
dan usil mereka, termasuk salah satu diantaranya dengan Jeffri. Sokib yang paling
lengket dan paling lama kenal denganya.
Bagi Fransiska yang
punya talen vokal yang kuat, dia sangat
tersihir dengan even besar ini. Fransiska tetap mengusung sebuah harapan untuk
menjadi pesaing diva kondang di tanah
air, Fransiska tetap menyemai ambisi untuk bisa mensejajarkan dia dengan KD,
Juni Shara, Shahrini , meski entah kapan dia tidak tahu. Tapi langkah untuk
mencapainya tiada pernah surut di benaknya. Fransiska belum mengenal sebuah
sensasi, ambisi karir dan seabreg moralitas selebritis yang ‘nyleneh’.
Fransiska hanya akrab dengan seloroh yang
lepas dengan siapa saja yang melingkunginya. Meski terdapat beberapa cowok
melangkonis dan romantis yang berusaha mencuri de’ amour yang dipenuhi mawar
merah dari hatinya.
***
Jeffri hanya bisa
memandang Fransiska meski hatinya meluruh, saat Fransiska curhat denganya di
suatu pagi, beberapa hari sebelum dia pentas dalam malam Gebyar Diva Remaja
Multitalen.
‘Jeff, aku minta doa
mu, ya !, ”. Seberkas pemintaan Fransiska disodorkan dengan senyum manis
menawan.
‘OK, Siska aku berharap
dan berdoa moga kamu mampu sukses malam minggu nanti’. Jeffri membalasnya
dengan senyuman yang kelu dan resah kini menggayuti hatinya. Jeffri tidak mampu
menyembunyikan perasaan takut kehilangan Fransiska, yang telah beberapa tahun menjadi
sokib dekatnya. Jeffri merasa dirinya kini berada di sisi Fransiska yang tidak
kokoh, padahal Jeffri mengharapkan tautan
yang lebih friendly bahkan getar hatinya lebih bisa dimaknai dengan kehangatan
segalanya, apalagi kehangatan sebuah senyuman dari Fransiska seperti tadi.
‘Kamu harus tulus
doa’in aku, ya Jeff !. Aku merasakan suatu tantangan yang berat. Semua diva remaja
sudah go nasional. Sedangkan aku hanya bermodal vokal “
“Kok kamu ngomong kaya
gitu sih !, inikan bukan malam bintang, konser inikan hanya untuk penyaluran
bakat remaja tingkat nasional “.
“Aku tak bisa
membayangkan bila aku kalah besaing dengan mereka, padahal ini adalah
kesempatan emas bagi aku Jeff “. Wajah Fransiska mulai kelihatan
terlipat,senyumnya kini telah hilang di sudut bibirnya. Sebuah keresahan kini
membayangi cewek flamboyan, yang kini bersandar di jok mobil warna biru muda.
Namun keresahan itu tidak seberapa dibanding resah yang hadir di degup jantung
Jeffri.
“Aku mendapat informasi
dari publik,bahwa vokal kamu memiliki spesifikasi dibanding difa lainnya. Kamu
jangan merasa kalah dulu !”
“Ah, aku kira biasa
aja, kemarin aku latihan dengan mereka sepertinya biasa saja”
“Tapi Siska !,kamu
punya nilai lebih di banding mereka !” Jeffri mencoba menyelamatkan Fransiska
yang mulai hanyut dengan perangkap kegagalan yang mulai dipasang diri Fransiska
sendiri.
“Apa itu, Jeff !”
“Diantara mereka
kamulah yang paling cantik. Kamulah yang paling punya potensi untuk menyihir
publik dan mencuat ke blantika musik nasional dan aku bangga punya sahabat
seperti kamu. Kalau kamu optimis, kesuksesan bakal kamu raih, betul Sis
percayalah ! “
***
Fransiska merasakan
sesuatu yang aneh yang tersembunyi dalam
ucapan Jeffriitu, tetapi perasaan itu dia tutup rapat-rapat. Meski Fransiska
termasuk cewek yang dibilang gaul, smart, dewasa, namun selama ini dia hanya
mampu menyodorkan persahabatan dengan siapapun, termasuk dengan Jeffri. Jeffri
dipandangnya hanya sebagai sahabat yang sering menjadi limpahan curhat, ringan
tangan dan piawai dalam memotivasi dirinya, yang dibutuhkan dirinya karena ortu
Fransiska tidak mampu meluangkan waktunya barang sekepingpun untuk
memperhatikan dirinya. Papa Fansiska hanya asyik merajut nafsu durjana dengan
wanita-wanita murahan di bungalow miliknya pribadi. Sedangkan mamanya lebih
memilih menjadi dosen ahli di Harvard University AS.
“Kita pulang Sis ?”
“Aku lagi males !, aku
cuma pengin lepas bebas terbang ke tiap penjuru Semarang. Kamu mau menemaniku,
kan !. Santai aja Jeff, kalau kamu cape biar aku yang jadi driver !”
“Mana ada tuan puri
bawa mobil, biar aku yang bawa saja, Sis !”
“Kalau sang pangeran
yang ganteng yang ngikut, tuan putripun mau jadi driver ‘
“Sekarang tuan putri
mau jadi driver, coba kalau sudah menjadi diva nasioanal dan menjadi selebritis
kaya Shoimah atau Ayu Ting Ting, mana mau gabung bareng dengan Jefrri.”
Mengapa kini Jefrri
lebay, mengapa pula dia kelihatan seperti khawatir bila aku berhasil nanti.
Apakah ini sebuah persahabatan semata,atau lebih dari itu. Ah aku tak mengerti.
Bertubi-tubi
isi jantung hatinya dipenuhi bisikan seperti itu. Namun
siapakah yang memulai, bukankah
pertemuan seperti ini hampir setiap hari terjadi antara dia dan Jeffri. Ataukah
hanya perasaan egois dirinya karena mengalami “under-pressure’ yang kuat selama
beberapa pekan ini, atau memang Jeffri selama ini menginginkan lebih dari sebuah persahabatan.
“Siska,kamu nglamun ya
?”
“Ah, nggak kok Jeff !”
“Kita makan siang dulu,
aku sudah lapar. Aku coba cari makanan yang kamu suka. Kamu paling suka menu
ini kan ”. Jeffri menghentikan mobilnya di warung garang asem, menu makanan yang
paling Fransiska senangi. Fransiskapun hanya menganggukan kepalanya dan pada
dirinya mulai timbul perasaan lembut, selembut benang halus yang menawarkan
eksotis hatinya. Sedemikian besarnya perhatian cowok ini pada dirinya. Padahal sudah terhitung banyak cowok
cowok ganteng yang mencoba meluruhkan hatinya, tapi mengapa hanya Jefrri saja
yang dia dibat tak berkutik. Aku tidak tahu perasaan apa ini, aku dengan Jeffri
kan sudah sering gabung bareng dimana dan kapan saja. Ah konyolnya hati ini.
Entah setan apa yang kini singgah di hatiku, sehingga saat ini perasaanku sering menjadi liar seperti ini. Oh Jeffri
maafkan aku ya !.
“Aku kemarin kemarin
sempat bingung, Sis !”
“Kenapa, bingung ?”
“Aku nggak punya temen
!”
“Ngaco kamu, kan ada
Windy,Natalia dan teman teman satu kelas lainnya “
“Mereka sibuk masing-masing “
“Maaf aku ya Jeff, sebenarnya aku pengin ngajak kamu pembekalan di studio,
tapi aku kasihan sama kamu. Latihan yang diberikan Om Chandra sangat menyita
waktu”
“Sebenarnya nggak apa-apa Sis, asal aku punya teman gabung “
“Apa mereka semua bukan teman kamu?”
“Kamu kan sokib aku yang paling bisa membuat aku enjoy, saling mengerti dan
bisa untuk curhat”
“Kamu aja yang lagi lebay hari ini Jef. Kamu lagi naksir sama siapa sih
Jeff ?“
“Aku nggak pernah naksir cewek lain,
aku nggak punya sesuatu untuk yang lain. Tapi entahlah “
Mereka berdua saling membisu, Jeffri tidak mampu lagi meneruskan
mencurahkan kata hatinya.Fransiskapun lahu persis bahwa dia harus menautkan
benang-benang halus lebih rapat lagi seperti yang diminta Jeffri. Dia harus
mulai menginjakan langkah pada sesuatu yang nyata antara mereka berdua,
Fransiskapun kini dalam kungkungan “really in loving” dengan
Jeffri,satu-satunya cowok yang paling dekat dengnya selama ini, bahkan lebih
dekat lagi ketimbang dengan papa dan mamanya.
Fransiskapun kini merasakan sayap-sayapnya telah ringan untuk menyentuh
langit berbintang,yang tiada sesuram malam-malam sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar