menawarkan
dahaga dengan air sejuk Grojogan Sewu....
jangan
harap, mampu meneriaki hati Panjul dengan adonan
gamelan
jawa,
dia
hanya mampu hilir mudik di tembang emban Awang
Awang Kumitir
bermanik
sutra kusam, mengaburkan pemandangan biru bertaut kata nyata
sementara
Manik Maya mengerutkan keningnya,
lantaran
Panjul telah miskin dengan mantra mantra saktinya
hanya
bergelimang lumpur lumpur kubangan kerbau
disisi
halaman Kraton Indraphrasta.
Panjul
mengatur nafasnya...
Panjul
menggenapi hari, membenahi kain selendang emaknya
seharum
bunga sorga dini hari
bertenun
kain santun, sahaja dan kesetiaan
mirip
taman bunga tempat rehat para bidadari
jangan
kau hempaskan kaki langit
nanti
juga aka kau temui jendela langit
tempat
para ksatria beradu wejangan hidup
serta
kaca hari hidup yanglebih kau maknai berjuta rajutan
tentang
hakiki biru langit dan gunung
kuning
padi, dan sigapnya para narpati.
jangan
kau dengarkan opera kenari milik sang raja
jika
kau tidak suka warna ...
Semarang,
10 Agustus 2012