Selasa, 23 Oktober 2012

Aku Bukan Boneka Beirby


Jangan kau beri aku kembang merah menyayat...
musim yang melekang, menjadi saksi sebuah kata hati
aku berikan sudut taman bunga yang sejuk...
berbasuh embun pagi, redup menawan seribu kicau burung
bila harus berlalu, seribu beluntaspun meluruhkan kelopaknya
tak mampu sorot matanya menebaskan batas ...
bahkan terbuang hinggap di puncak tebing...
butir sinar mentari menyerpih memberi kabar
tentang hati yang tercabik...menjadi bagian
di pagi yang seharusna berseloroh salam canda

aku tak mampu menggeliatkan...
apa yang mengalir dalam nadi darah...meronta
namun hanya menjadi karib setia jantung yang merona
kau menusukan bilah tajam ke tengah beledru biru
yang menjadi kelambu kamar penantinku...
tak kau padukan dengan gerimis di luar sana
yang mengajak semua insan bercumbu di bilik bambu
berpilar seribu janji..tentang kmbang setaman
tentang nyanyi rindu kasmaran...
tentang jauh terbang memungut pelangi.

tapi aku masih punya kepak....
meski ringkih namun mampu menghardik awan gelap
menepiskan hingga sisi langit, hingga aku
menjadi diriku sendiri, bukan boneka “Beirby”
namun hanya petani desa bergincu bibir sahaja,
bergaun belacu setia untuk dambaan hati, sang pejaka
yang menggulirkan senyum tulus, tak bersuara parau...
aku dan dia milim dewa dewi
di Indraloka berangin sejuk kata lugu tanpa dusta
aku dan kau satu

Semarang, 24 OKTA 2012