tak pernah sekalipun kau melipat
hari
akupun tak lelah menjaring
senyumu, tanpa batas
hanya gumam pucuk perdu yang sesekali
mencibir
namun legam telapak kaki terus
mengayuh angin
untuk mengatur sawah ladang
kita,
yang bertanamkan perguliran
musim
hari hari hitam tak pernah kau
simpan
dalam kantong bajumu….kau masih
sempat bersenandung
tentang lagu rindu rajutan kain
sutra milik kita.
cukup kita tunjukan arah angin
semi pada anak anak kita
lantas kita sentuhkan warna lembayung
senja
atas jendela langit bersemayan
Yang Maha Segalanya
sehingga liarnya perguliran
musim
tidak melepaskan sendi tulang
tulang mereka
asal kita lupakan jalan jalan
hitam bersemi belukar
menusuk tajam kulit alas kaki
kita
kasihku, telah hinggap pelangi
di istana cakrawala kita
mari kita bertanamhidup, dalam
sawah ladang KasihNYA
(Semarang, 13 Juni 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar