Saat Uttarayana menghembuskan angin berita…….
Tentang rumput
hijau yang tiba tiba saja mengering.
Semua
kawanan burung memekik tidak percaya
Seorang
penggembala kerbau menyelinap ke pangkuan ibunya, seraya berkata:
“ Ibu seandainya, Sang Resi telah bersemayam di
balik Mahameru, apakah masih ada lagi hari hari indah untuk anak miskin seperti
aku ?”.
Saat itu sang mentaripun berkalang sejuta
selendang bidadari, yang beranyam daun pandan semerbak harum mewangi, dan awan
awan hitampun telah pulang ke peraduanya di balik Mount Everest .
Bulanpun di balik tirai kamar pengantinya telah
sembab dengan air mata ksedihan
Sementara itu….., di pangkuan Sang Arjuna, Dewi
Srikandi yang telah berselingkuh dengan Demi Amba, wanita dengan kulit kuning
langsat, mengulum biji biji mentimun di bibir yang hangat menawan dan merah
membara, tak ubahnya seperti merah mawar hasrat.
Demi sebuiah cinta Dewi Amba telah memperdaya
busur waktu, untuk menjelajah dari episode ke episode berikutnya, guna sebuah
pertemuan dengan Resi Bisma, pemuda
tampan perkasa,halus budi pekertinya. Lantaran senyumnya semua Bunga Anyelir di
Hastinapura menggelorakan kelopaknya.
***
Di Negara Kasi, saat Sang Resi Bisma telah
menghamburkan sejuta sayap pesona,
sehingga mata bening indah dari Sang Amba tiada lepas memagutnya.
Tersebutlah suatu Titah Dewa, bahwa Resi yang
piawai tentang filosofis hidup,,pikologi social dan pria Metroseksual serta
cerdas, terbukti dengan sejuta prestasi akedemis yang pernah disandangnya
berkat gemblengan Resi Bhrihaspati (Mahaguru ilmu politik ) dan Resi
Vedangga (Mahaguru Ilmu Sosial ) dan ilmu perang dari Resi
Parasurama. Mengikuti Sayembara tentang segala macam ilmu di Negara
Kasi dan menanglah Sang Resi yang arif bijaksana tersebut.
Maka berserilah Dewi Amba yang telah merona
jantung hatinya, gairah yang terpendam terus saja berkecamauk, . Namun Bisma
telah bersumpah kepada dewa untuk tidak bersanding dengan siapapun. Maka
merahlah wajah Dewi Amba dengan sekujur tubuhnya yang bergetar lantaran kekecewaan
yang mendalam. Hatinya kini berkeping seribu lantaran langit jingga asmaranya
kini menghitam jelaga.
Bahkan Sang Resi yang telah membulatkan tekad
untuk menyerahkan jiwa raganya semata demi “kesentosaan hidup jalma manusia”
terus saja melakukan tapa bratanya meminta Anugerah dan Petunjuk Kepada Yang
Maha Kuasa. Bagi Dewi Amba sikap pemuda pujaannya itu, bukanlah halangan yang
berarti, maka teruslah dia mencoba menggapai sebilah cinta yang agung itu.
Suatu saat pagi tersenyum gembira dihangati kuning
langsat sang mentari yang genit, ilalang dan semak berhenti sesaat
menggoyangkan badanya. Sang Merapi tiada lagi membarakan gelora amarahnya,
tetapi duduk bersimpuh melihat adegan pertemuan dua insan manusia yang saling
berjumpa.
Sang Amba menagih janji lantaran Sang Resi yan
telah memenangkan sayembara di negaranya
itu. Di lain pihak Sang Resi tetap menginginkan tugas sucinya demi kedamaian
umat manusia di bumi ini.
Keduanya Nampak bersitegang, kemudian berujung
dengan ancaman Sang Resi dengan mengarahkan busur panahnya kepada Sang Amba,
entah putaran bumi memang harus berjalan seperti itu, lepaslah anak panah dari busurnya secara tak
sengaja hingga tewaslah Sang Amba dengan meninggalkan sebuah janji pada
Bharatayuda kelak, dia akan menitis menjadi Dyah Woro Srikandi.
“Gusti Ingkah Makaryo Jagad”-pun mengabulkan
sumpah janji Sang Amba,dengan mempertemukan Sang Resi dengan Srikandi, yang
berakhir dengan gugurnya Sang Resi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar