Cerpen Remaja Effi Nurtanti
Prima memang telah kencan dengan Sandi untuk bertemu di ultah cewek gaul ini seminggu yang lalu. Ucapan Prima memang telah membalut begitu kuat di setiap denyut nadinya. Lantaran malam ultah sang princess of heart-nya, seakan langit akan berkubang seribu warna kembang api. Setiap barisan ombak di lautpun akan berhenti sejenak, air terjun akan berganti memberi senyum yang indah, kepada semua yang memadu cintanya, saat saat detik tanggal lahirnya.
Prima memang telah kencan dengan Sandi untuk bertemu di ultah cewek gaul ini seminggu yang lalu. Ucapan Prima memang telah membalut begitu kuat di setiap denyut nadinya. Lantaran malam ultah sang princess of heart-nya, seakan langit akan berkubang seribu warna kembang api. Setiap barisan ombak di lautpun akan berhenti sejenak, air terjun akan berganti memberi senyum yang indah, kepada semua yang memadu cintanya, saat saat detik tanggal lahirnya.
“ Ntar kita akan mejeng di mana , San “
seru Prima dengan hati yang berharap
cemas agar malam ultah Sandi segera tiba. Mataharipun telah Prima beri pesan supaya berputar lebih cepat.
“ Nggak tahu . Aku lebih
merasa romantis bila kita nikmati malam ultahku
di Malioboro saja. Gimana Pram ?
” jawab Sandi, gadis manis yang telah menghanyutkan seluruh
nadi dan jantung Prima dalam samudra pesonanya.
Prima hanya diam sesaat, seribu
bunga warna jingga kini melintas di
sudut hati cowok ganteng ini, lantaran hadirnya Sandi.
Kekaguman Prima pada Sandi
ternyata lebih menghanyutkan ketimbang
yang lain. Primapun baru sadar
ketika Sandi menggayutkan tangan di punda
Prima.
”Kok diam saja sih Pram
!. Apa kamu masih ingin enjoy lagi dengan
Anyelir, cewekmu dulu yang
seindah bunga sorga, yang beribu kali lebih baik dari aku, Pram ? “ .
Primapun tersentak kaget, mendengar
Sandi merajuk seperti anak kecil, yang
penuh cemburu . Menggayutkan lagi masa-masa silam ketika dia masih memiliki
Anyelir , yang kini di LA mengikuti ortunya yang bertugas sebagai bos perusahaan swasta.
” Sandi, aku tidak mau kamu menyebut nama itu lagi
di depanku . Kamu miliku Sandi.
Aku sudah lupa sama Anyelir. Biar
kamu saja yang singgah di hatiku
. Tolonglah San ! ”
”Habis kamu
tadi nggak dengerin omonganku Pram, aku
lihat tatapan mata kamu kosong. Kayanya kamu
mbayangin malam bertabur bunga bersama Anyelir. Maafin aku ya Pram ?
” Sandi menyodorkan tangannya
dengan mata di balik kacamatanya menatap
sendu. Prima merasakan seluruh tubuh ini terbang ke angkasa. Ah Sandi kamu begitu penuh
pesona, semoga engkau tidak
berlalu , seperti Anyelir,
begitu bisik hatinya.
Primapun menyambut tangan Sandi dengan senyuman yang tergambar
dari hati ini yang terindah, Sandiipun
melempar senyum tipis dari
bibirnya yang lembut sembari mengulurkan tangan kirinya
juga untuk merapatkan tubuhnya ke arah
Prima. Dan kini dia merebahkan
kepalanya di dada.
Primapun membalasnya dengan
mengusap rambut Sandi yang harum.
Sesekali diciumnya rambut Sandi
sembari membisikan segumpal kata sayang.
” Pram ,
aku sering cemburu , jujur saja
sama aku ya , Pram ! . Anyelir jauh lebih segalanya darui aku kan Pram ? ”
” Ah. . . kamu ini ,
aku kan nggak mau kamu menyebut-nyebut
dia lagi ! ”
” Tapi , Pram. Kalau kamu emang
pengin terus dekat aku, kamu
harus bisa melupakan dia. Itulah yang aku pinta ”
” Lho, emangnya aku masih memburu
Anyelir. Biarkan dia bahagia di
LA. Dia nggak kurang satu apapun ! “
“ Kok kamu tahu
dia bahagia di LA , kamu kontak
dia ya ?, Kamu
masih pengin lagi bersama dia, gadis
cuakep, kaya, pande lagi ? “ Tutur Sandi sambil menyurutkan langkah menjauhi
Prima cowok yang dia anggap
segalanya, Meski telah banyak cowok ganteng
dan gaul yang naksir dia. Namun
hanya Prima Antariksa
aja yang membuat dia
menyerahkan sebilah hati
miliknya.
“ Udahlah
San, kamu jangan mancing – mancing aku
terus dong. Aku harus
ngomong gimana. Itu kan masa- masa lalu San
?, Sekarang yang ada hanya aku dan
kamu ! ”. Primapun tahu persis perangai cewek kolokan
ini. Maka Primapun
tak mau buang waktu lama, dia
segera duduk mendampingi
cewek gaul ini di sofa warna biru laut, yang
lagi marah nggak karuan arahnya, tapi setianya amit- amit nggak ada yang mampu
menandingi, meski kadang kadang masih
suka kaya anak ABG aja wataknya .
Justru saat seperti
inilah yang ditunggu Prima ,
karena dia bisa melihat alami wajah cewek kolokan ini. Maka
diapun lantas membiarkan Sandi
hanya menghabiskan malam mingggu ini
dengan wajah berselimut mendung kelabu,
yang penting dia bisa melihat wajah
ayu Sandi.
Malam
kini berselimut kebisuan karena rembulan
telah hampir menyentuh tengah langit,
pertanda malam semakin larut. Udara dingin
kini terasa sekali menusuk tulang mereka, lantaran memang dari pagi hujan
tiada henti.
Sepanjang
perjalanan pulang melewati jalan Kota
Semarang yang membisu di telan dinginya gerimis, Prima
masih saja terkungkung
dengan makian Sandi. Bukan lantaran
sakit hatinya tadi, namun karena Sandi mengajaknya untuk menghadirkan kembali
Anyelir yang berusaha dia kubur dalam – dalam.
Bersama dengan air gerimis yang terus menerpa kaca mobil Xenianya,
Prima kembali angannya ke dua
tahun silam. Ketika dia mencoba datang
ke rumah Anyelir di Ungaran, yang beberapa hari sebelumnya nggak ngasih
kabar. Namun rumah
itu telah kosong tiada
berpenghuni, hanya kerabat Anyelir
saja yang masih menunggu rumah itu.
”Jadi kamu yang
bernama Prima Antariksa ? “ . Jawab lelaki setengah baya
yang ternyata Pamannya Anyelir.
” Benar Om,
Aku mau bertemu Irna
Om ? ”
” Lho apa
kamu belum tahu ? “
“ Belum Om, Emangnya ada apa ? ”
” Om nggak berani ngomong, Mas.
Hanya surat ini yang Irna titipkan untukmu. Silakan kamu baca. ”
” Surat apaan Om ? ”
“ Nggak tahu aku, Mas Pram,
Irna nggak pesan apa – apa hanya
menitipkan surat ini ”
Jantung Prima
semakin berdegup keras, kedua
tangannya terasa bergetar kala membuka amplop itu.
Meski Prima nggak tahu perisi isi
suratnya, namun dia sudah mampu menduga apa yang
terjadi. Sebaris dua baris dia baca
surat itu hingga baris terakhir , Adakah
sisa hatiku yang mampu aku naungi untuk
menerima kenyataan ini, demikian bisik hati Prima yang kini hanya mampu duduk
di sudut kursi tamu rumah Anyelir yangh
mewah.
Bukankah
Anyelir seminggu yang lalu biasa –biasa saja sikapnya, tidak ada sepotong katapun ia luncurkan tentang rencana
kuliah di LA. Ataukah memang dia pandai
menyimpan rahasia, atau mungkin
saja dia telah menyembunyikan cowok lain
yang jauh lebih baik segalanya dari aku. Pertanyaan itu berulang silih bergani
datang dan pergi dari hati Prisma. Meski
perhatiannya kini hanya tertuju pada jalan aspal yang ada di depanya.
Primapun menjalankan mobilnya dengan
pelan, menyusuri jalan Ungaran Semarang yang padat.
Malam
tahun baru hampir tiba, Sandi udah nyiapin pakaina baru lengkap
dengan assesorinya. Kesempatan itu udah
dia bayangin, betapa mesra dan berkesan nantinya bermalam tahun baru di
Malioboro gabung dengan ABG fansnya dari seantero mana aja.
Terlebih lagi pada pesta nanti dia akan bareng dengan cowok yang
singgah di hatinya, yang gantengnya kaya Arjuna turun dari kahyangan. Sesekali dia ngebel Prima, sekedar curhat ingin segera
bermalam tahun baru di Malioboro.
Primapun tidak ingin melepaskan saat saat romantis
nanti, meski dia masih terpagut dengan
bayangan Anyelir yang memberinya janji
akan ke Indonesia, saat malam tahun baru
setahun lalu. Tapi nyatanya janji itu hanya terbawa angin liar entah ke mana, barangkali
kehidupan di negara Paman Sam telah memberikan segalanya. Prismapun telah mati-matian melupakan sekuat
tenaga, berniat mengubur kuat-kuat
kenangan bersama Anyelir.
Namun penantian kali ini telah pupus sudah setelah hadirnya
Sandi, cewek yang ayu, berkulit kuning
dan semampai tubuhnya., apalagi dengan pemanis kaca mata minusnya yang menambah
seribu pesona bagi dirinya. Namun sifat kolokannya yang belum bisa dihilangkan, tapi bagi
Prima hal ini tak pernah digubrisnya
” Prima , ada telepon ” seru mamanya
dari ruang tamu yang sempat membangunkan lamunannya, pergi ke negri awan bergandengan tangan
dengan Anyelir. Membagi suka bersama
sekaligus menambatkan gelora hati. Tanpa
menunggu lama kini dia sudah memegang gagang telepon rumah.
”
Met pagi Pram, kamu masih hapal suara
ini. Boleh aku bicara sama kamu Pram ? ” papar sebuah suara dari dalam gagang
telepon.
” Kenapa nggak, kamu kan
temanku yang dulu pernah aku kenal ”
” Betul, Pram ?. Apa dari hatimu yang tulus ?, aku jauh – jauh dari LA sengaja ke sini hanya
untuk ketemu kamu Pram, Meski aku jauh dari Indonesia, namun bayangan kamu
tetap hadir di hatiku Pram. Aku kangen
sama kamu, boleh aku ketemu, kamu Pram ?
” .
”Tentu, Ir . Sekarang posisimu ada dimana ?, kalau udah di
Semarang biar aku jemput saja. Kebetulan hari ini aku nggak ada acara, ” pinta Prima
yang masih memiliki perhatian
yang lembut kepada cewek yang pernah fade-away sama dia
dengan hanya selembar surat
”Biar aku naik taksi aja , makasih sebelumnya Pram, kamu
emang cowok yang penuh perhatian dan lembut. Aku tahu persis dirimu lho
Pram, aku belum pernah ketemu cowok kaya
kamu, betul lho Pram aku ngomong sebenarnya ” seru Anyelir dengan suara
yang patah-patah lantaran barangkali ucapan itu emang keluar dari hati yang
paling dalam.
”Makasih banget yang kamu ucapin tadi, ya udah gampang nanti
kita bicara di rumah
Sekarang aku tunggu di rumah
ya, ”
” Betul
ya Pram , jangan pergi, jangan
menghindar Pram Aku serius ingin ketemu
kamu ”
” Sifat
kaya gitu nggak bakalan ada di hatiku, udah ya tutup aja telepon ini, aku
tunggu kamu di rumah. Met ketemu lagi ya
Ir ”. Prima segera menutup telepon itu,
Lantaran jantungnya berdegup keras, sekeras duat ahun lalu kala Anyelir
meninggalkan dia tanpa pesan.
Kegalauan hatinya ini bukan
karena pertemuannya nanti dengan Anyelir, namun Prmapun tahu acara dengan Sandi
bakalan kacau, padahal dia sudah
memberikan janji ama Sandi bakalan ngasih happy birthday di Malioboro malam nanti dan mestinya saat ini juga dia harus berangkat menjemput
cewek kolokan itu. Apa jadinya bila
dia ngaak nepatin janjinya itu, bisa-biasa terjadi kiamat 2012. Makanya
kini Primapun harus jujur berkata apa adanya terhadap Anyelir, meski
diapun tahu bakalan membuat luka hati
Anyelir.
Pintu belakang taksi kini
terbuka sudah, tak lama keluarlah Anyelir bersama Madam Ivon temen Anyelir dari Paman Sam. Kedua remaja inipun kini berpelukan kaya
dalam akting sinetron.
”Met ketemu
lagi Irna, silakan masuk saja ”.
Kedua remaja itu lama berpelukan, terutama Anyelir yang lama baru bisa
melepas pelukan itu, lantaran seribu
rasa kangen yang lama menggumpal di dalam hatinya.
Kini
hanya mereka berdua yang ada di berabda depan rumah Prima. Sementara itu Madam
Ivon lagi tenggelam asyik bersama-sama dengan Mama dan Papanya Prima lagi punya acara sendiri ke Bandungan.
” Kamu
tambah kurus Pram, Ayo dong enjoy.
Sambut aku yang dari jauh dengan ceriamu dong.
Mana Prima yang dulu amat mesra
dan lembut itu, ayo dong ? ” . Anyelir
sengaja merapatkan duduknya di samping Prima.
Namun cowok ganteng itu memang udah nggak kaya dulu lagi.
Lantaran janji Anyelir yang hanya di bibir saja.
” Ah biasa aja kok Ir, emang
beginilah tampang Prima, sedari dulu juga emang kaya gini, cowok yang
nggak punya apa-apa , hanya bisa menerima janji-janji doang “ .
”Aku tahu hatimu Pram, aku memang bersalah meninggalkan kamu setega
itu. Namun apa dayaku Pram melawan kemauan
Papa dan Mama. Papa ditugaskan ke
LA oleh
Om William untuk memimpin perusahaannya di sana. Sedangkan aku diminta papa untuk
kuliah di sana. Emang saat itu aku kalut
sekali Pram . Apalah aku ini bila nggak dekat kamu ” Terlihat Anyelir sudah basah matanya menahan
kegalauan hatinya.
” Aku juga nggak tahu harus bagaimana saat itu, Seharusnya
kamu bisa sms atau kirim email sama aku, Seberapa beratnya sih kirim sms
apa email ?. Sehingga aku jadi tahu apa arti semua ini ”
” Maksud kamu gimana Pram ? ”
” Seandainya aku harus menunggu kamu
sampai kamu balik ke Indonesia,
sampai studi kamu berhasil akupun sanggup menunggu,. Tapi ya udahlah Ir.
Kamu udah menentukan demikian ya udah ”
Kini
hanya terlihat mata dan pipiAnyelir yang
basah penuh air mata, demikian
juga hati Prima yang masih merasakan
perih lantaran sembilu cinta telah
mencabik hatinya. Anyelirpun tidak mampu berbuat apa lagi, kini hanya pelukan mesra kepada
cowok yang dikhianatinya sekaligus diharapkan cintanya lagi. Lama Anyelir
berada di pelukan Prima, sehingga
pipi Prima kini hanya dipenuhi air mata Anyelir. Setelah kembali Anyelir menemukan
hatinya lagi, maka dilepaskanya pelukannya itu, sementara
Primapun masih terlihat diam membujur.
” Inilah lemahnya seorang wanita ,
apalagi menghadapi papa yang sikapnya keras ”
” Emangnya kamu diapain ? ”
” Papa dan Mama minta aku untuk
hidup bersama dengan Om Chandra, bawahan Papa yang juga ngikut kita ke
LA. Meskpun dia tak kurang suatu apapun,
namun hanya kamu yang singgah di hatiku hingga kini,
Pram ! ”
” Kasihan dia dong kamu tinggalkan , jangan sakiti dia seperti kamu
nyakiti aku dulu, Ir ”
” Teganya kamu bilang begitu Pram. Apa dah nggak ada lagi hatimu ? ”
” Aku juga tahu perasaanmu Ir, tapi kamu juga harus tahu betapa
goncangnya diriku saat kamu tinggalkan, berhari-hari tak secuil nasipun masuk
ke prutku, hingga aku sakit Sejak kita
duduk di bangku SMP kita sudah saling dekat.
Tujuh tahun kita selalu
bersama, tapi kamu tinggalkan begitu saja, hanya selembar surat perpisahan yang
kamu pinta sendiri. Sampai mama dan papa
membawaku kerumah sakit agar aku sembuh, Saat itu datanglah Sandi yang
mendampingiku, aku tahu dah lama dia ingin dekat aku, tapi aku selalu milih
kamu ”
Terdengar
isak tangis memenuhi ruang beranda itu
yang kini dipagut kisah cinta dua remaja yang
saling harus mengerti arti saling memahami satu sama lain. Keduanya kini
hanya terdiam , masing-masing kini dililit lamunan yang membawa mereka ke angan masing-masing.
”
Pram, ajak aku kemana aja untuk ber-happy
ending bareng kamu, sebelum aku balik ke Jakarta. Barangkali ini
untuk perpisahan kita. Kan dua tahun lalu aku nggak sempat ngucapin perpisahan
sama kamu. Kamu mau kan ?, kamu masih seperti Pram yang dulu kan ? ” Pinta Anyelir dengan mata sayu seakan meminta Prima
menuruti kemauannya.
”Aku memang Prima yang masih
seperti dulu, sahabatmu. Tapi aku nggak mau meluikai hati dia.
Sekarang nggak ada lagi yang aku miliki
selain dia. Maafin aku ya
Ir. Sungguh berat memang yang namanya
perpisahan, tapi aku harus gimana lagi ?. Kamu cantik lho Ir, aku yakin kamu
akan mudah mencari penggantiku
’Aku
., ya udah Pram. Semoga Tuhan
Mempertemukan aku lagi, Boleh aku mengajukan permintaan Pram ? ”
” Akukan sahabatmu, kenapa enggak ”
”Aku akan mengucapkan met ultah
untukmu diamanapun aku berada, sebagai
penebus atas kesalahan aku sama kamu. Dan sebuah pertemuan yang indah
untuku. Meski engkau telah bersanding
dengan Sandi, aku tak perduli. Bolehkah
Pram ? ”
” Tentu saja Ir, akupun akan
selalu menunjungimu dimanapun kamu berada bila nanti aku ke Jakarta, Asal kamu
tetap memberiku alamat ”
Kedua
remaja itupun kini kembali berpelukan
entah untuk yang terakhir kali. Yang jelas dalam hati kedua remaja tersebut sebenarnya
masih ada benih cinta, namun karena kedua saling
menyayangi dan saling mambahagiakan, maka merekapun kini saling mengambil jalan
sendiri-sendiri..
Malam di Kota
Semarang kini menjadi saksi
terjalinya benih cinta antar Sandi dan
Prima. Meski kedatangan Prima ke rumah Sandi terlambat, namun Sandipun menerima
alasan demi mereka berdua. Kini mereka bermandikan cahaya warna-warni kembang
api tahun baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar