Minggu, 13 Mei 2012

Maaf


Amran hanya duduk termenung di pojok kelas selama beberapa hari ini. Apalagi bila waktu istirahat tiba, sama sekali Amran tidak menampakan senyum manisnya seperti biasanya. Padahal sehari-hari dalam kelas Amranlah yang dikenal teman teman dan bahkan guru gurunya sebagai murid yang bawel atau suka membuat kegaduhan dalam kelas. Tentunya sesuatu terjadi pada diri Amran, hingga dia bersikap seperti itu.

Rasa was was dan ingin tahu sudah barang tentu sekarang menjalar ke tiap pasang mata yang ada dalam kelas, apa gerangan yang terjadi dengan Amran, jangan jangan Amran sakit keras,  tapi mengapa dia tiap hari berangkat sekolah, atau apa Amran mempunyai kesalahan pada bapak/ibu guru. Pertanyaan seperti itu sekarang terdengar dimana mana, namun tidak ada satupun siswa yang berani menanyakan langsng pada Amran. Hal ini karena tiap hari Amran selalu menampakan gurat wajah yang garang sekaligus sedih dan terkadang kelihatan bingung.

“Eh Adi, kamu kan ketua kelas!. Coba kamu sampaikan kepada wali kelas kita tentang Amran. Sebelum dia jatuh sakit atau apa. Sudah jelas Amran sudah tidak bisa sekolah lagi, kalau keadannya seperti ini terus” . Sebuah gagasan yang menarik timbul dari Melly, yang sontak disetujui oleh teman teman semua yang sedang kumpul di kantin belakang sekolah saat istirahat pertama.

“Ah …itu ide bagus Mel, tapi bagaimana aku menyampaikan pada Pak Tris ?”. Ada keraguan dalam diri Adi, lantaran dia takut bila Amran marah kepada dia bila masalahnya disampaikan wali kelas mereka. Alasan Adi sang ketua kelas memang masuk akal, karena Amran termasuk teman mereka  yang bandel dan urakan.

“Kenapa takut Di ?, biar aku antar kamu menghadap Pak Tris” seru Willy, siswa yang selalu menenmpati rangking pertama dalam nilai rapotseak kelas VII. Sehingga mereka semua memanggil Willy dengan sebutan “The Smart Boy”.

“Bukan gitu masalahnya, Smart !, aku takut Amran marah sama aku, kamu semua kan tau?, kalau Amran anaknya Sering membuat kacau”. Adi sang ketua kelas yang diakui berwibawa sekaligus cakap dan pandai serta berwajah ganteng, maka wajar saja kalau teman temanya memanggil dengan panggilan gaul “handsome”. Saat ini Handsome sepertinya ragu ragu untuk menyampaikan permintaan teman temannya.     

“Hai Handsome !, Kita serahkan masalah Amran pada wali kelas kita.Kenapa takut ?. Justru kita berniat menolong dia agar kembali seperti dulu lagi: Melly mendesak Handsome agat betul betul menyampaikan maksud baik temen temen sekelasnya Amran.

***

‘Kalian tidak usah sedih dan cemas tentang keadaan Amran. Bapak sudah tahu semuanya” Jawab Pak Tris kepada Smart, Handsome dan Melly kala mereka menghadapnya di kantor guru pada suatu siang.

“Lantas apa yang terjadi dengan Amran, Pak” Handsome tak sabar menunggu penjelasan wali kelas mereka.

“Sebelum Bapak jawab, Bapak sangat terkesan dengan sikap kalian semua yang peduli dengan dengan nasib teman kamu yang satu ini, Amran memang sedang mengalami tekanan dan penderitaan hidup yang berat bagi anak seusia kalian, Bayangkan saja, Ibu Amran sekarang sudah tidak mengirimkan wesel lagi “

“Lho…kemana perginya Ibu Amran, Pak !” Tanya Melly.

“ Sejak dia masih duduk di kelas VII, dia sudah ditinggal ibunya menjadi TKW di Saudi Arabia. Tapi selama itu kiriman wesel ibunya selalu lancar, namun  3 bulan belakangan ini kiriman wesel ibunya terhenti sama sekali, bahkan selembar kertas suratpun tidak pernah dikirim ibunya, setelah Negara itu mengalami kekacauan”

“Amran kan masih punya bapak ?” Dalam diri Smart kini mulai timbul rasa iba terhadap nasib Amran.

“Huuuh..berapa sih penghasilan bapaknya yang hanya bekerja sebagai abang becak, apalagi bapaknya sekarang sedang sakit keras, karena bersedih memikirkan nasib ibunya Amran yang hingga kini belum jelas nasibnya “

“Oh ya Pak, Amran kan masih punya adik  ?”

“Betul Mel, dia masih punya 2 adik yang masih duduk di sekolah dasar. Kamu bayangkan betapa paniknya  Amran. Seusia bapak saja belum tentu kuat menghadapi cobaan seperti temanmu itu, jadi doakan Amran agar dia bisa tabah menghadapi ini semua.”

“Terus siapa yang membiayai Amran dan adik adiknya ?” Tanya Handsome.

“Bapak tidak sampai hati menanyakan ini semua, bapak sudah bisa membayangkan betapa beratnya beban anak ini. Oleh karena itu, bapak mencoba untuk menyampaikan masalah Amran kepada Bapak Kepala Sekolah “

“Apa jawaban bapak kepala,  Pak,?” Tanya Smart

“Yah..sekolah hanya mampu memberikan keringanan pembayaran untuk Amran dan berencana memberikan beasiswa yang akan diterimanya pada Upacara Hari Peringatan Ibu Kartini, 21 April nanti”

“Tetapi kebutuhan hidup Amran dan keluarganya kan masih banyak, Pak !, mana cukup kalau hamya dari beasiswa saja” Melly sambil membuka kedua tanganya mengajukan protes kepada pihak sekolah

“Sekolah hanya bertugas mengantarkan Amran supaya bisa berhasil dalam UN SMP tahun ini, selebihnya adalah tugas masyarakat temasuk kalian semua. Pak Guru harap kalian jangan mengucilkan dia, karena dendam dan marah. Pak Guru tahu Amran anaknya bandel dan sok usil, sehingga sering merepotkan kalian. Tapi dalam diri anak itu sebenarnya dia anak yang baik. Hanya kasih sayang orang tuanya saja yang dia tidak utuh menerimanya “

“Kasihan Amran ya teman teman !…Sebaiknya Handsome dan kau Smart segera membentuk Tim Penyelamat Nasib Amran…he..he..he” Canda dari Melly segera mendapatkan sambutan senyuman dari mereka yang berkympul.

“Beres Mel, kelas kita kan satu tim penyelamatan untuk tugas seperti itu” sahut Handsome, yang disambut dengan tepukan tangan Pak Tris wali kelas mereka.

“Baik anak anaku, terserah kalian saja untuk memberi bantuan apa saja kepada Amran. Kita sudahi saja pertemuan ini, hari sudah siang. Kalian kan sebentar lagi mengikuti pelajaran tambahan. Silakan ke kelas, Pak Guru pamit. Selamat siang anak anaku !”

***
Rumah berdinding papan kayu beralas tanah masih kelihatan lengang,  meski hari Minggu ini matahari telah sepenggalah tingginya di belakan bumi sebelah timur. Pintu depan rumah tua itu hanya tertutup tak terkunci, dari dalam rumah tak terdengar suara musik atau hiburan apapun. Hanya suara daun daunan di kebon samping rumah itu yang saling bergesek diterpa angin kemarau. Tanpa canggung tim Squad, yang terdiri dari Hondsome, Smart, Melly, Riska dan Teddy berusaha masuk ke rumah Amran, setelah cukup lama mengetuk pintu tanpa terdengar si empunya rumah.

“Amran..Amran…. bangunlah..aku Willy” berkali kali Handsome menggoyang kaki dan tangan Amran. Jelas kalau temanya itu, masih terkantuk akibat kurang tidur.

“Oh..kamu, sudah lama kamu di sini, sorry teman , aku tadi malam baru bisa tidur  larut malam. Silakan duduk di tikar ini” sahut Amran.

“Kenapa kamu begadang, Mran ?” Tanya Teddy

“Semalam bapak badanya panas, setelah adik adiku tidur baru aku memijit bapak yang hingga kini masih panas badanya. Aku terimakasih dan minta naaf “

“Maaf apaan Man, kamu kan tidak punya salah “

“Aku tidak bisa memberimu minum dan…..” jawab Amran dengan suara merintih dan terbata.

“Ah, nggak perlu kamu punya rasa bersalah pada kami semua,Mran !” Teddy memeluk dan merangkul  tubuh Amran yang terlihat semakin kurus dan kering. Karena dalam hati Teddy, temen Amran yang paling banyak mendapat getah dari sikap Amran yang sok jagoan di kelas, telah timbul perasaan yang iba.

“Aku sering menyakiti kalian di kelas, maafkan aku ya…!”  seru Amran dengan suara yang masih terdengar merintih.

Mendengar rintihan Amran yang memang datang dari hatinya yang sangat bersedih, mereka berlima segera mendekatkan ke arah Amran, sambil memberikan perhatian kepada temen mereka yang malang.

“Amran, kami semua adalah wakil temen temen kelas IX , yang datang menjengukmu. Kami telah memaafkan semua kesalahan kamu dan setulus hati kami ingin agar kamu rajin belajar dan lulus dari UN nanti. Kita akan bertemu lagi, kan Mran ?” Handsome mewakili semua kata hati temen temenya.

Amran hanya diam membisu sambil menundukan wajahnya. Dalam hatinya kini timbul perasaan yang bangga terhadap teman temanya. Mereka bukan hanya memaafkan kesalahan mereka tetapi masih menunjukan rasa prihatinya pada nasibnya serta mereka bersedia mengumpulkan dana untuk meringankan beban penderitaannya. Ah betapa indahnya sebuah persahabatan, demikian hati kecil Amran berbisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar