- Makna Sebuah Revolusi
Revolusi menurut
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang
disusun Boediono MA ( 2005 ) berarti suatu
perubahan dalam waktu singkat untuk hal -
hal yang mendasar. Perubahan tersebut tidak serta merta berlangsung secara gradually tetapi berlangsung cepat dan stimultan karena
dilahirkan oleh simpatisan yang
bersikap radiikal, pragmatis
sekaligus revolusioner dan sudah
barang tentu sesuatu yang diusung dalam revolusi tersebut telah
diterima di tengah masyarakat
umum. Yang pada gilirannya nanti revolusi tersebut berhasl memberikan
pencerahan terhadap masyarakat yang mendownloadnya.
Revolusi
biasanya lebih tepat diterapkan untuk
ideologi suatu bangsa dengan didukung oleh situasi dan kondisi yang
memungkinkan. Sehingga tentu saja masyarakat akan mudah menerima
tatanan yang baru dan tanpa ekses
apapun dan dengan legowo meninggalkan tatanan yang telah
dianggap usang. Namun demikian revolusi
juga bisa berlangsung di bidang selain sebuah ideologi negara, contoh Revolusi Tehnologi Informatika dan Komputer
( T I K ) yang menelikung semua
aspek kehidupan umat manusia dari aspek
informasi. Barang siapa yang tidak mematuhi revolusi di bidang
computer ini akan hanyut didera
ketertinggalan. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan moral bila semua
lapisan masyarakat tanpa pandang
bulu berusaha mengantisipasi inovasi
yang diusung sebuah revolusi.
- Hasil dari
Sebuah Revolusi
Sebagai contoh
revolusi di bidang T I K yang
melanda Korea Selatan sebagai negara
pertama yang meluncurkan produk layanan telepon mobile CDMA secara komersial
pada tahun 1996.. Dua tahun kemudian,
jasa layanan internet broadband yang pertama di dunia juga diluncurkan di
negeri ini. Disusul capaian spektakuler lain, seperti digital broadcasting
(2001), peluncuran e-government (2002), pembangunan layanan percontohan
Wireless Broadbank Internet/Wibro (2004), dan peluncuran Digital Multimedia
Broadcasting/DMB(2005).
Booming industri teknologi komunikasi dan informasi (ICT)
menjadi salah satu faktor penting di balik cepat pulihnya ekonomi Korsel
dari krisis finansial 1997 dan menjadikan Korea Selatan sebagai negara yang memiliki
perekonomian yang jauh lebih kuat di banding masa sebelumnya. Dalam tiga tahun
transaksi e-commerce meningkat dari 7,2 juta transaksi (2003) menjadi 12,8 juta
(2006).
- Revuolusi Pendidikan
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Dunia Pendidikan
Indonesia dewasa ini seperti yang dilansir oleh banyak media telah banyak mendapat sorotan pemerhati dari
luar negeri perihal kemerosotannya. Hal ini pun telah diakui oleh segenap pakar pedagogis kita dan masyarakat umum.
Sorotan
tentang rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia terlihat dari laporan International Education Achievement (IEA).
Menurut IEA, kemampuan membaca untuk tingkat SD siswa Indonesia berada dalam
urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara kemampuan matematika siswa
SLTP Indonesia berada dalam urutan ke-39 dari 42 negara.
Adapun kemampuan IPA, Indonesia masuk dalam
urutan ke-40 dari 42 negara Jika dibandingkan dengan negara-negara di
ASEAN, ternyata posisi Indonesia tetap berada pada urutan paling bawah.
Selanjutnya Peringkat indeks pengembangan manusia (Human Development Index) masih sangat
rendah. Menurut data tahun 2004, dari 117 negara yang disurvei Indonesia berada
pada peringkat 111 dan pada tahun 2005 peringkat 110 dibawah Vietnam yang
berada di peringkat 108. sebagai konsekuensi logis dari indikator-indikator di
atas adalah penguasaan terhadap IPTEK di mana kita masih tertinggal dari
negara-negara seperti Malaysia, dan
Thailand ( Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika Kabupaten Bima, Th 2008 )/
Tentu
saja hal ini harus dicermati dengan
sigap dan sistimatis guna mengentaskan kembali sistim yang terpuruk ini, dengan
mengacu pada pembenahan
nilai-nilai fundamental dunia pendidikan, yang meliputi peran pendidik,
kurikulum dan bahan ajar yang
memadai. Perubahan yang diharapkan agar tercapai perubahan
yang stimultan , terintegrasi dan mengenai sasaran, tentunya bukan
perubahan yang tersegmentasi hanya pada satu konstituen. Apalagi dengan
tuntutan jaman yang tidak memungkinkan dipertahankannya Sistim Pendidikan
Nasional yang terdahulu, maka perubahan yang mendasar dan emergensi inilah yang
kita harapkan.
Memandang
urgensi yang vital tersebut, maka perubahan di bidang pendidikan di Indonesia
ini haruslah dilakukan dalam naungan sebuah revolusi pendidikan, sebagai
jawaban yang final. Guna menghandling pesatnya perubahan segala bidang yang mendera masyarakat Indonesia yang
menapaki era modernisasi. Apabila perubahan
yang kita niatkan tidak secepatnya dikonsep dan direalisasikan, maka dikhawatirkan semakin lebarnya ketertinggalan sistim pendidikan dalam kaitanya
dengan pembekalan peserta didik dan
modernisasi multidimensional pada masyarakat tersebut Tentu saja
revolusi ini dilakukan dengan totalitas
, konsep yang matang dan alokasi dana dari APBN yang besar.
- Tantangan Berat untuk Sebuah Revolusi
Sebuah
tugas yang berat rupanya
menghadang para penyelenggara /
pengambil kebijakan sistim pendidikan nasional karena beberapa kendala prinsip,
yaitu
masih banyaknya sekolah yang
masih harus mendapatkan perhatian
serius, sebagai contoh adalah keadaan madrasah
di Jawa Tengah sesuai dengan pernyataan Staf
Ahli Pusat Penjamin Mutu Pendidikan
IAIN Walisingo Dr. Muhyar
Fanani MAg, pada even Seminar
Menghi8dupkan Sistem Penjamin Mutu Internal Madrasah yang digelar oleh M
P3 A Jateng, mengungkapkan bahwa
sebanyak 5.156 dari sejumlah 5,445
madrasah di Jawa Tengah ( 94 , 6 9 %
) yang berstatus swasta yang kondisinya
sangat memprihatinkan. Ditambah lagi
sejumlah 57.639 guru ( 83,37 %
) memperoleh kesejahteraan yang
minim.
Apalagi
adanya sebuah fakta yang harus kita
terima berhubungan dengan pendidikan
formal para pendidik yang masih belum memenuhi ketemtuam Undang Undang No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
yang menyatakan bahwa guru
sebagai agen pembelajaran adalah guru profesional dan harus memiliki
standar akademik minimal S1 atau D IV . Fakta
tersebut terungkap sesuai dengan pernyataan
Kasubid Penghargaan dan Perlindungan Guru Ditjen PMPTK , Dian Mahsunah yang mengatakan bahwa saat
ini, total ada 2 .374.722 jumlah guru
yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, baru 930.804 guru yang berpendidikan S 1, 16.196 bergelar S 2 dan hanya
55 yang memegang ijazah S3..
Sisanya belum bergelar sarjana. Yang memprihatinkan, jumlah guru lulusan SPG
atau SMA cukup banyak, yaitu sejumlah 477.039 guru.
Dengan
mengkaji sebreg kendala tersebut ditas,
bilakah sebuah revolusi bisa digulirkan.
Pertanyaan ini tentunya bukan untuk dijawab sekarang, tapi segenap
kinerja yang tertata apik, sistematis, intensif
dan dengan selalu menibatkan
pemberdayaan institusi yang berkompeten di revolusi tersebut. Apabila kita masih intend dengan niatan itu
, tentu saja revolusi mampu bergulir terarah dan mampu sampai ke tujuan.
- Revolusi mulai
Digulirkan
Bergulirnya Revolusi
Pendidikan diawali dengan diterapkannya
KBK / KTSP 2007, sebagai suatu kurikulum
yang lebih fleksibel diterapkan secara kondisional di masing – masing satuan
pendidikan. Sehingga seorang pendidik
yang professional akan menyodorkan bahan ajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya, kondisi
sekolah dan lingkungannya. Untuk itu
peserta didik diberi kewenangan yang luas untuk menyusun silabus sebagai salah satu instrument
pembelajarannya. Dengan penyusunan silabus yang kondisional tersebut, diharapkan seoran pendidik mampu
mendayagunakan lingkungan sekolahnya sebagai media pembelajarannya.
Perubahan
besar – besaran dan mendasar di bidang pendidikan memang nampaknya sudah tidak
man-main lagi bila kita proyeksikan terhadap hasil guna generasi
mendatang. Terbukti dengan dikeluarkan UU No. 20 Tahun 2003, yang telah mengamanatkan untuk mengalokasikan 20 %
dari APBN/APBD untuk sektor pendidikan. Namun mengingat kemampuan keuangan
Negara yang masih terbatas, maka alokasi 20 % ini rencananya akan dicapai dalam
beberapa tahap sesuai dengan kemampuan keuangan Negara. Dalam tahun anggaran
2004 yang lalu, untuk sektor pendidikan baru di alokasikan sebesar 6,6 %. Tahun
2005,jumlahnya telah meningkat menjadi 9,29 % dan tahun 2006, rencananya akan
dialokasikan 12,01 %, 14,60 %untuk anggaran tahun 2007 dan berturut-turut
sampai tahun 2009 nanti, diharapkan anggaran untuk sector pendidikan akan menjadi
17,40 % dan 20,10
Salah satu
pengalokasian dana pendidikan seperti tersebut diatas adalah realisasi program
sertifikasi guru yang dituangkan dalam
Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008
tentang Guru dan Permendiknas No. 10
Tahun 2009 tentang Sertifkasi Guru dalam Jabatan, yang mengatur
lebih lanjut tentang upaya
profesionalisasi guru.
Dengan
demikian Revolusi Pendidikan yang dilakukan Bangsa Indonesia diharapkan akan
terwujud. Sehingga upaya pencetakan generasi anak bangsa di masa mendatang yang kompeten di bdangnya akan sanggup
memajukan negara dan bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar