Kamis, 03 Mei 2012

Sehalus Benang Sutra


 Cerpen Remaja Effi Nurtanti

Wajah papinya menyimpan beribu bara yang siap membakar hasrat, angan sekaligus cintanya yang lembut, yang terpancar dari pribadi Anggun. Kala sore hari di ruang tamu berdampingan dengan mamanya, yang juga menghadang Anggun dengan sorot mata yang liar, bagai sang singa jantan yang siap menerkam kambing yang tiada berdaya. Anggunpun berusaha menyelipkan keberanian untuk menghadapi kedua insan yang sangat dicintainya itu.

Anggun hanya duduk dengan hati yang  mengembara ke tiap sudut langit, setiap cakrawala di kaki langitpun menawarkan taman bunga untuk bersemayamnya dia dan Rony, mahasiswa fakultas tehnik yang papa. Namun meskipun kepapaanya itu menggayuti sejak dia di bangku SMA, upaya untuk melanjutkan sudi tak kunjung reda.

Hingga suatu senja, langit berwarna cerah. Bintang mulai menghitung awan yang memerah. Bulanpun menunjukan wajahnya, mulai memberi salam canda kepada bintang senja yang juga belum tahu perasaan Anggun menghadapi hati insan berdua yang telah lekang, yang tiada mau peduli sebuah hati yang lembut bagaikan kain sutra. Adalah hak Anggun sebagai manusia untuk menambatkan hatinya yag bening kepada Rony. Namun mereka berdua berniat untuk menepiskan, apa yang ada di hati Anggun.

Anggun hanyalah sebilah hati yang sama sekali tiada mampu menghardik kemauan mereka. Tercampaklah Anggun dengan pergulatan antar “cintanya yang sebening sutra” dengan cinta kasih kepada kedua orang tuanya. Namun hidup adalah hidup, manusia sama sekali tidak mau belajar dari apa yang pernah dialami dahulu.

Mama papanya mengemasi hidup menyatu dalam titian cinta sebening embun. Mereka berdua selalu bersama dalam perguliran suka dan duka. Merekapun tahu persis tentang cinta antara dua anak manusia, yang berusaha menerjang apa saja meskipun seribu aral menghadang. Justru warna warni kehidupan kedua orang tuanya yang telah menempa kepribadian Anggun. Namun mengapa pula mereka berusaha mengharubirukan sesuatu yang lembut, yang bersemayam di hatinya. Demikian desah hati cewek yang kaya raya namun bersahaja..

“Anggun, mama papa tahu persis getar hati setiap manusia yang lagi mengalami seperti kamu. Mama papapun pernah muda”. Suara parau dan serak itu menggema mengisi setiap udara yang ada di ruang tamu itu. Suara datar itu keluar dari mulut Wijiyo, pengusaha sukses di Jogjakarta.

Anggun hanya mampu berlarian dari awan satu ke awan lainnya, di langit biru yang telah menyodorkan kedua tanganya untuk menerima Aggun kala hatinya pilu. Anggun sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun.

“Apa yang bisa kamu harapkan dari Rony, yang hanya pedagang lesehan di malioboro. Aku nggak tega kalau kamu berumah tangga dengan dia, anaku !. Aku Ibumu, tidak mungkin akan membiarkan kamu menderita. Jauhi Rony, anaku, kamu kan masih muda.Kamu cantik lho. Banyak pria yang mengejarmu, anaku ?. Mereka mau memberikan apa saja demi mendapatkanmu”

“Betul mamamu, anaku !, papi sudah pilihkan pria yang segalanya lebih baik dari Rony. Dia nggak kalah ganteng dengan Rony, apa sih Rony hanya penjaja barang seni di malioboro. Sementara Martin, yang aku kenalkan dulu sama kamu sudah lulus dari amerika. Kamu bisa tinggal di Jakarta di blok perumahan yang elit. Mama dan aku tentunya akan bahagia, anaku !”

“Tapi, bukan itu semua yang aku cari, Pap !”
“Lalu apa yang kamu cari dalam hidup ini, Anggun !!. Cobalah mengerti maksud mamamu ini. Lagian semua bahtera rumah tangga semuanya berujung ke materi, untuk keperluan hidup ini. Cobalah mengerti, ya sayangku !” .Mamanya kini sudah berada di sampingnya, kedua tanggan Anggunpun di renggutnya. Pertandan wanita ini sama sekali tidak mau kehilangan putrid semata wayangnya.

“Mam, Anggun bahagia disamping Mas Rony. Itu saja sudah  cukup !”
“Anggun !” Suara petir di tengah hujan gerimis masih kalah mencekamnya dibanding pekik papanya, yang sudah membara hatinya.

“Sabarlah Pap, jangan marah dulu. Bagaimanapun dia anak kita satu satunya. Kita berdua sudah bertekad bakal membahagiakan, bukanya menyakitinya, Pap !”

“Apa karena papa menguliahkanmu di psychology, sehingga kamu sok tahu tentang hidup. Oh…Anggun, kamu belum apa apa, cobalah kamu mengerti maksud papamu ini, yang sudah banyak makan garam. Mengerti..!!!”
“Sudahlah Pap, biar mama saja yang bicara !”
“Mam, Anggun mengerti perasaan mama dan papa. Tapi Anggun nggak bisa menerima pria lain. Aku sudah lama mencoba melupakan Mas Rony  demi mama dan papa. Mas Ronypun menerima dengan besar hati. Karena Mas Rony sadar dia akan mengecewakan mama dan papa “

‘Lantas mengapa kau tidak melupakan saja anak itu, Anggun ?” Papanya dengan nafas yang panjang lantaran tidak mampu lagi menahan amarahnya. Menuntut Anggun melakukan apa yang dia tidak sangup lakukan.

“Papa, kejam…aku anakmu Pap, mengapa papa tega ?”
“Masa bodoh, anaku. Ini semua papa lakukan demi masa depanmu. Setidak tidaknya kalau kamu tidak mau menerima Martin. Carilah pria lain yang sanggup membahagiakanmu, bukan pemuda itu.!”

“Tapi aku…”
“Sudahlah Anggun, papa sudah tidak sabar lagi, papa sudah memberi waktu cukup untuk kamu. Kamu satu satunya putriku, masa depanku, buah hatiku. Maka papa sudah tidak mau main main lagi. Dari kecil hingga besar kamu papa manjakan. Tapi yang satu ini papa tidak mau mengalah,”
“Sabarlah, Mas Broto !, Anggunkan anakmu “
“Justru karena dia anaku, Mam. Maka aku harus bertindak tegas “
“Tapi Mas Broto !, Anggun anaknya lembut, Mas Broto jangan terlalu keras. Atau sekarang mama yang bicara saja”

“Biar aku yang bicara. Inilah anakmu yang selalu kamu manjakan, sehingga seperti ini jadinya. Sekarang papa beri pilihan dalam tiga hari. Kamu putuskan anak itu atau papa dan mama yang akan keluar dari rumah ini. Ambilah rumah ini seisinya beserta dengan deposito papa. Deposito itu sudah papa atas namakan kamu,ambilah. Hiduplah dirumah ini dengan pria gembel itu “

“Mas Broto !!!”.. Suara terakhir di ruang tamu Soebroto dan semuanya kini di bius pekatnya malam.

***
Rony terperanjat dan berbunga hatinya kala sebuah taksi memasuki ruangan halaman rumah kosnya di Pasar Telo. Ronypun telah menebak sebelumnya, kalau sabtu sore ini “jelita pujaan hatinya” bakal menemui dia, untuk melabuhkan perahu rindu di tengah samudra ganas yang menebar ombak bergulung. Ombak yang menghempaskan angan dihatinya untuk meniti hari hari kehidupanya bersama dengan Anggun.

Anggun melepas senyuman yang tipis di balik wajahnya yang pucat dan mata yang sembab, yang membuat deru jantung cowok ganteng itu bertambah cepat memburu misteri yang ada di balik wajah ayu kekasihnya itu.

“Aku sudah membayangkan jauh jauh hari sebelumnya, papa kamu suatu saatpun akan bertindak seperti ini !”
“Lantas kita hatus bagaimana ?”
“Anggun , aku adalah manusia yang sudah banyak mengenyam penderitaan. Karena aku hidup hanya dengan seorang ibu yang ditinggal bapaku sejak aku duduk di SMP. Aku bisa kuliah di fakultas tehnik karena aku mengais rejeki sendiri dengan cara seperti ini”
“Apa hubunganya dengan masalah kita”
“Justru inilah yang menjadi alasan utama papamu menolak aku “
“Kok kamu tega bicara seperti ini, Mas !”
“Anggun, sudah saatnya kamu mengenal dunia realita, tinggalkan jauh jauh kata hatimu. Sekarang berpikirlah dengan realita !”
“Jadi, kamu mau meninggalkanku, Mas Rony ?”
“Aku tidak akan meninggalkanmu, Anggun. Meski suatu saat kau menjadi milik orang lain. Kamupun tetap dalam hatiku”
“Ah,,aku jadi tak mengerti. Aku tak bisa jauh darimu,, “
“Cobalah untuk mengerti, aku siap kehilangan apa saja dalam hidupku.Karena aku sudah terbiasa kehilangan hidupku sendiri. Tapi kamu anak manusia yang masih memiliki segalanya, jangan kau sia siakan sebuah harapan demi masa depanmu. Sudahlah aku siap kamu tinggalkan, kamu harus berbahagia bersama mama dan papamu “

Tubuh Rony kini, kini berguncang setelah kedua tangan Anggun merengkuhnya, Kini dara ayu yang bersahaja sesuai namanya sudah berada di pelukan Rony. Anggun sama sekali tidak menyangka Rony memilih jalan seperti itu, padahal jauh dalam hatinya dia siap menghadapi apapun yang terjadi demi sebuah cinta. Anggunpun tahu bahwa cintanya kepada cowok malang ini, bukanlah sesuatu yang buta melainkan cinta yang bening dan lembut. Selembut benang benang sutra yang diharapkan bisa saling merajut membentuk kain sutera.

“Anggun, cobalah mengerti, kau harus bahagia. Bukan mengais kehidupanmu nanti dengan cara seperti aku. Kamu dan aku tidak pernah akan merasa kehilangan bila kita saling menerima atau kehilangan segala sesuatu dengan ikhlas. Kamu kan nggak mau kehilangan mama dan papamu, sayang ?’

Anggun mulai melepas pelukannya secara pelan meski dia sama sekali belum siap menerima kenyataan ini. Antara papa dan kekasihnya, tiada yang mampu dia pilih. Hanya desir angin malam Kota Jogja yang kini membaluti tubuh kedua anak Adam.
‘Hari sudah malam, aku antar kau pulang. Pasti mama dan papamu mengkhawatirkanmu”.

Anggun memilih berjalan kaki menuju rumahnya melewati jalan jalan kota Jogja yang mulai lengang. Keduanya melewai malam ini sebagai malam terakhir sebuah pertemuan cinta anak manusia yang lembut, agung sekaligus romantis. Meski harus berakhir di pintu gerbang rumah Anggun yang kokoh, yang menjadi saksi akan perpisahan kedua insan itu. Meski Anggun masih belum mampu menerimanya.

“Mas Rony, terimalah aku lagi, bila suatu saat aku kembali”. Ronypun hanya menganggukan kepalanya sembari melepas kedua tangan Anggun, yang hilang di kegelapan malam halaman rumahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar