Cerpen Remaja Effi Nurtanti
Hampir 5
tahun ini Bagas belum pernah melihat wajah Bella yang kini entah
kemana. Sejak perpisahan mereka di awal tahun
2009 , keduanya nggak pernah facebookan bareng, apalagi untuk jumpa. Meski mereka berdua pernah menorehkan berkas cinta
yang berbungkus keindahan . Namun mereka ternyata belum mampu untuk meletakan
egonya di hati masing masing. Karena itu diantara mereka berdua hanya ada saling
benci. Maka keduanyapun memilih untuk saling berpisah. Namun bagi Bagas perpisahannya dengan Bella mungkin sebuah jalan yang terbaik ketimbang mereka
berdua terus berantem nggak pernah ada ujungnya.
Namun heran
juga buat Bagas, selama lima tahun dia
dekat cewek sana sini, selalu saja dia gagal di tengah jalan. Selalu saja ada alasan bagi dia dan ceweknya
untuk membenahi jalan hidup mereka masing-masing. Tapi lepas dari itu semua Bagas kini bukan
Bagas yang dulu, lantaran dari banyaknya
menghadapi cewek yang ego, kematangan pribadinya udah mulai tumbuh.
Suatu senja di Bulan April 2010, Bagas
mencoba untuk tetap setia sama
sohib kentalnya Fikqi , dengan mememenui
undangan ultahnya yang ke
– 25. Meski mereka berdua udah nggak
bareng lagi d bangku SMA, namun itu
nggak membuat mereka saling melupakan.
“Oke deh
Fic, aku Cuma bisa ngucapin met ulang
tahun, semoga lu nggak sableng lagi kaya
dulu dulu lagi“ . Bagas segera mengulurkan tangan persahabatan,
dan Fikqipun membalas dengan pelukan
haru. Lantara dari seabreg sohib yang dimilinya, hanya Bagaslah yang paling tahu tentang dia,
Bagas pula tempat dia curhat bila punya
nganjalan hati.
”Trims ya
friend, aku lihat lu tambah dewasa
aja ”.
Sahut Fikqi sambil melepaskan pelukannya terhadap Bagas., namun
tangannya masih saja bergayut di
pinggang Bagas, seraya menariknya ke meja perjamuan yang udah siap berbagai
macam food and
softdrink.
”He, Gas lu lihat nggak Bella ? ” tanya
Fikqi
”Bella !....kok bisa dia datang di sini.
Emangnya lu undang. ?. Ah dimana dia. Aku Cuma pengin
denger kabarnya ”
”Tuh di ruang dalam. Dia tadi lagi asyik ngobrol ama temen-temennya. Aku nggak ngundang dia, tapi dia tahu dari Kak Sylvie kalau hari ini aku ultah. Dia kan kini banyak main bareng ama Kak
Sylvie ” Bagaspun
segera meluncur ke ruang dalam, tak lama kemudian dua matapun sesaat saling bertemu. Bella kamu tambah
cantik dan anggun aja. Tambah caem dan mempesona penampilanmu, apa lantaran aku
banyak memandangimu dengan kebencianku dulu. Karena kamu selalu berbeda pendapat denganku. Sehinnga dulu hanya ada rasa benci.
Demikian bisik hati Bagas yang tambah
menguat menggumpal di sudut hatinya.
Apalagi setelah dia melihat
senyum manis dari Isabella Marciana yang
sempat dulu merobohkan jantungnya.
Namun cinta adalah sekumpulan prosa keindahan yang
penuh warna. Serasa tidak ada keindahan lain selain merengkuh apa yang namanya
cinta. Kebencian yang begitu dalam seakan akan hanya timbul karena rasa cinta
itu sendiri. Untuk itu agar cinta tetap
bersemi di benak manusia, kita harus pandai menyimpan kebencian itu rapat-rapat
di relung hati ini.Bagaspun menyadari akan hal itu, namun entah apa yang ada dsuduthati Bella
Bagaspun tidak tahu. Hanya saja saat
pertemuan ini di rumah Fikqi, Bagaspun merasakan ada segumpal perasaan aneh yang menguliti hatinya , bahkan tenggorokan yang tadi dibasahi softdrink kini mengering kembali. Demikian
juga Bella yang memberikan senyuman manis dengan pipi yang merona dan sorot
tatapan mata yang menyimpan sesuatu.
Entah ada perasaan bagaimana antara mereka berdua, yang pasti
sepertnya mereka telah tahu isi hati masing-masing, Bellapun segera
menarik tangan Bagas untuk duduk berdua mengambil tempat di beranda rumah Fikqi, seperti dulu mereka
pernah curhat satu sama lain. Barangkali saja kursi itu akan menjadi saksi lagi, tentang dua hati yang sama sama hampa hatinya.
”Kamu tega
!,
lama nggak ngasih kabar sama aku, Gas ! ”
”Emang aku
udah lama di Jakarta, tapi aku sekarang
balik ke Semarang lagi, Aku sekarang kerja di konsultan bareng sama Mba Sylvie kakaknya Ficki. Aku tahu ultah Fikqi dari Mba Sylvie ”
”Ah...ya
udah yang penting kabar kamu baik – baik
aja, Seneng dong Bell kamu bisa
kerja sekarang. Selamat ya.. .! ”
”Makasih Gas,
kamu sendiri sekarang kerja di
mana ? ”
”Ngaak tahu Bel,
aku bulan kemarin emang diwisuda
lulus dari Arsitek Unika. Tapi aku belum dapat job yang cocok. Doa, in
aku dong Bel. Biar cepet dapat kerja ”
Hanya senyuman manis yang menghias wajah yang jelita
dan menawan itu. Sekali sekali Bella
menggapai tangan Bagas, lantaran
mungkin menyimpan seabreg rasa rindu
yang menggrogoti bilik jantungnya. Namun Bellapun tahu, bahwa Bagas
sekarang udah bukan miliknya lagi, demikian juga dirinya . Meski silih berganti
cowok ganteng yang pernah singgah di
hatinya, Namun tidak ada yang seindah
kehadiran Bagas di hatinya dulu.
”Aku juga denger dari Mba Sylvi e kalau kamu bulan kemarin wisuda ”
” Kok kamu juga nggak ngasih ucapan selamat ”
”Aku takut kalau Rossi cemburu.
Aku denger juga kau dulu bareng ama Rossi”
”Rossi sekaranmg udah marriage dengan Anton dan
kini udah hidup bahagia di Bandung. Itulah kehidupan Bell, selalu saja ada pertemuan dan perpisahan.
kamu sendiri gimana . aku dulu sempat denger dari temenmu kalau kamu mau marriage ?. Aku tunggu
undanganmu Bel !.
”Itulah masalahnya Gas, maka aku nggak mau bareng
Papa dan Mama di Jakarta. Aku lebih memilih di
Semarang. Aku baru balik ke Jakarta kalau aku udah marriage ’
” Emangnya
ada apa ? ”
”Papa dan Mama orangnya kolot, aku dianggapnya Siti Nurbaya yang seenaknya saja dijodohin sama temen bisnis Papa yang kaya raya. Dia sering menolong Papa kalau lagi ada masalah
bisnisnya. Nama Om Chandra dan dia seorang duda beranak dua. Aku belum siap dan lagian aku masih
pengin bebas sendiri ”
”Ah masa papa seperti itu Bell, padahal dulu aku kenal papamu adalah ortu
yang baik ”
”Seperti yang kamu bilang tadi, itulah kehidupan.
Manusia bisa saja berbuat apa
saja untuk menuruti egonya ”
” Sekarang
kamu tinggal dimana ”
”Ya masih di rumah papi dulu, kamu enggak pernah
mampir kan. Sepertinya kamu sengaja
menghindariku ”
”Ah sama aja
kamu Bel !, aku yakin kamu pasti juga punya niat nggak akan pernah ketemu aku lagi.
Sepertinya aku juga sengaja ingin
melupakan perpisahan dengan kamu dulu.
Lama memang aku enggak ngasih kabar ama kamu lantaran aku pengin
melupakan kamu”
” Jadi kamu menyesal kalau sekarang ketemu aku,
maafin aku ya Gas ”. Bagas menjadi tak tahu harus
menjawab apa, karena selama lima tahun berpisah dengan Bella, malah bertambah menumpuk rasa rindunya.
Meski niatan dia untuk melupakan Bella sungguh kuat sekali. Bahkan rasa
rindunya itu enggak bisa hilang meski telah silih berganti cewek yang
ada di sampingnya termasuk juga Rossi.
” Ah... kau tambah cantik Bel dan pula tambah
dewasa, enggak seperti dulu lagi ”Bella hanya menundukan wajahnya, matanya kini
mulai berkaca-kaca, sebentar-sebentar dia menadahkan wajahnya untuk
memberi senyuman mesranya kepada Bagas. Bagaspun menjadi penasaran tentang
sikap Bella.
” Maafin aku ya Bell, malam ini aku janji nggak
akan nyakiti kamu lagi, anggak seperti dulu dulu lagi ”
” Nggak Gas, kamu enggak nyakiti aku. Aku hanya
haru, udah lama aku nggak denger kata kata itu lagi ! ”.
” Udah malam Bel, yuuk aku antar kamu pulang ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar