Senin, 14 Mei 2012

Tak Pernah Surut


Telah menjadi kesepakatan kita  bersama  bahwa  dewasa ini Kemetrian Pendidikan Nasional dan seluruh jajaran institusi yang  terkait dengan sistem pendidikan nasional telah berupaya  seoptimal mungkin dalam menggulirkan perubahan besar – besar  terhadap  pendidikan  yang terintegrasi,  sistematis dan terarah.
               
Terdapat urgensi yang terselip di balik itu semua, yaitu tentang masa depan generasi kita  yang  harus tangguh dalam menghadapi  kompleksitas di tengah Masyarakat Indonesia yang pesat mengalami social changes,  ( perubahan  sosial ),  karena  pengaruh  globalisasi. Maka keterpurukan sistim pendidikan yang telah kita akui bersama dan bila dihadapkan pada coincide  antara penyiapan  kemajuan bangsa dengan nasib  merana ysng didera  guru , maka perubahan sistim pendidikan nasional haruslah dalam  naungan suatu revolusi. 
               
Betapa tidak ,   sebuah negara yang  pada Tahun 1975 masih mengalami konflik politik  sehingga telah kehilangan segala-galanya. Namun diluar dugaan lantaran  keseriusan dalam  menggarap sistim pendidikan nasionalnya,   maka prestasinya  sekarang berada  di atas kita.  Sebut saja negara  tersebut adalah Vietman.
               
Menurut  survey yang dilakukan oleh  International  Education  Achievment ( I E A ), terdapat fakta bahwa  indeks pengembangan manusia ( Human Development Index )  kita  masih sangat rendah. Menurut data tahun 2004, dari 117 negara yang disurvei,  Pengembangan Sumber Daya Masyarakat  Indonesia berada pada peringkat 111 dan pada tahun 2005 peringkat 110 dibawah Vietnam yang berada di peringkat 108 (Dinas  Perhubungan Komunikasi dan Informatika  Kabupaten Bima, Th  2008 ).  
               
Padahal pada  kurun waktu  Tahun 1970  -  1975  kita telah memulai pembangunan  dengan menapaki  PELITA  I I.  Bangsa  Indonesia  telah membenahi bidang pendidikan sebagai pilar utama peningkatan kualitas bangsa cukup diperhatikan. Paling tidak saat itu, pada tahun l974, dibangun 6.000 Sekolah Dasar (SD) INPRES, meningkatkan mutu 1000 SMP dari 1.427 SMP yang ada saat itu, melengkapi 200 SMA dari 421 SMA yang ada saat itu. Sedang Perguruan Tinggi yang berjumlah 29 semakin dikembangkan  (  Damandari, 2003 ).
               
Melihat kenyataan tersebut  maka  wajar saja apabila kita bersikap prihatin, namun tindakan kita yang paling bijak sebagai  pendidik  adalah  menaruh perhatian yang serius. Bukankah  sitim pendidikan   nasional adalah  asset prestis   kita semua.   Sehingga  apabila  terjadi  keterpurukan terhadapnya, maka  kita sebagai pendidik adalah yang paling depan dalam memikul tanggung jawab.   
               
Oleh  karena itu  kita tidak mungkin untuk  bertindak  skeptis  dalam menyikapi  fakta  tersebut. Minimal harus terbesit dalam hati kita untuk memulai langkah moral  dalam  mengejar ketertinggalan kita. Kita harus sigap dalam memulai bergulirnya  sebuah revolusi pendidikan.  Hanya  dengan semangat  yang tinggilah semua tugas moral kita untuk mengentaskan sistim pendidikan nasional kita menjadi ringan.
               
Jangan sampai kita memilik prestasi dan pengembangan diri yang statis, karena  era globalisasi yang nota-bene era modernisasi dalam segala bidang, tentu akan merambah ke bidang pendidikan.  Kita  hendaknya tidak usah menutup mata,  tentang fakta yang ada bahwa sebagian besar peserta didik yang kita bina tiap hari telah memiliki sistem informasi yang mendunia. Hal ini disebabkan karena peserta didik kita,  dengan mudah mampu mengadoptasi tehnologi apa saja dengan cara yang gampang,  yaitu hanya dengan mengakses web.
               
Apa nanti jadinya, bila kita sebagai tenaga pendidik tidak dengan sikap dan kreatif dalam membimbing perubahan sikap mental peserta didik yang memang menyesuaikan jaman ini.  Tentunya kita sebagai pembimbing mereka harus lebih maju beberapa langkah di depannya. Oleh karena itu untuk tahun – tahun mendatang guru sebagai tenaga pendidik, haruslah mampi menjadi sosok yang inovatif, kreatif dan berdedikasi yang tinggi,  dan  cita cita luhur tersebut hanya bisa dicapai apabila  guru  tetap mengedapankan semangat yang baru pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar